Menu - Pages

Jumat, 26 Mei 2017

Manusia dan Cinta Alam

 HUBUNGAN MANUSIA DAN CINTA  ALAM

Hubungan Manusia dan Alam adalah suatu hubungan yang saling keterkaitan dan saling membutuhkan. Namun, pertanyaannya sejauh mana hubungan saling membutuhkan tersebut? Seberapa besar alam membutuhkan kita dan Seberapa besar kita membutuhkan alam untuk menyokong kehidupan kita? Tentu saja jawabannya adalah kitalah yang lebih banyak membutuhkan alam dengan terus mengeksplorasinya untuk memenuhi kebutuhan kita. Sehingga timbul pertanyaan Sudahkah kita memanfaatkan alam dengan bijak? Manusia adalah khalifah di muka bumi dan sebagai khalifah dia harus bertindak bijak dalam hubungannya dengan alam. Hubungan manusia dengan alam pada dasarnya didasarkan pada dua prinsip yaitu: pertama, kewajiban menggali dan mengelola alam dan segala kekayaannya dan kedua manusia sebagai pengelola alam tidak diperkenankan merusak lingkungan karena kerusakan lingkungan pada akhirnya akan merusak kehidupan umat manusia itu sendiri Mengenai prinsip pertama, ALLAH berfirman dalam surat Hud ayat 61 yang artinya :"Dia (ALLAH) telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan memerintahkan kalian memakmurkannya (mengurusnya)".

Adapun prinsip yang kedua dinyatakan ALLAH melalui berbagai ayat didalam Al-Qur'an, diantaranya surat Al-A'raf ayat 56 yang artinya :"Janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi setelah ALLAH memperbaikinya" Dengan demikan dapat dipahami bahwa dasar-dasar dalam melestarikan lingkungan dan memanfaatkan alam secara bijak untuk kepentingan umat manusia telah digariskan oleh Islam sejak lima belas abad yang lalu. Agama telah memberi motivasi kepada manusia untuk mewujudkan kedua hubungan itu dengan sebaik-baiknya Manusia berfungsi sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam menjalankan kedua fungsinya tersebut manusia membutuhkan alam/ lingkungan sekitar baik lingkungan abiotik (seperti udara, air, tanah dan lain-lain) maupun lingkungan biotik (sesama manusia, hewan, tumbuhan dll). Manusia harus berinteraksi dengan alam/ lingkungan sekitar Manusia saling berinteraksi dengan sesamanya karena manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan lingkungan sekitarnya. Dialam dunia, manusia diciptakan berpasang-pasangan: ada laki-laki dan ada perempuan, ada yang baik dan ada yang tidak baik, ada yang sabar dan ada yang tidak sabar dalam menghadapi masalah. Namun dengan perbedaan-perbedaan yang ada, kita tetap harus saling menghormati agar tercipta ketentraman hidup. Bayangkan bila manusia sudah tidak saling menghormati dengan segala kepentingan dan kesibukannya, tentu dunia ini akan semrawut oleh ulah manusia.

Hubungan antar sesama manusia yang saling menghormati, mencintai dan menyayangi dapat diterapkan pada berbagai situasi dan keadaan, misalnya dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Dalam kehidupan keluarga, misalnya : hubungan dengan suami/istri, hubungan dengan anak, hubungan dengan orang tua, hubungan dengan saudara harus tetap harmonis dengan saling memelihara dan memanfaatkan dengan bijak. Sudahkah kita melakukannya?. Dalam kehidupan bermasyarakat, Sudahkah kita bersilaturahmi dengan tetangga karena tetangga adalah orang yang terdekat dengan kita. Hubungan manusia dengan hewan, cara kita sebagai manusia dalam menghormati hewan sebagai makhluk ciptaan Tuhan YME adalah dengan cara menyayangi dan tidak menyiksa/ membunuhnya. Adapun bila kita ingin memanfaatkannya sebagai bahan pangan, ada adabnya tersendiri dengan cara menyembelihnya. Ada sebagian manusia menyayangi hewan dengan cara memeliharanya. Hewan sendiri menurut jenisnya dikategorikan menjadi dua yaitu jinak dan tidak jinak. Kedua kategori sifat ini dapat dipelihara manusia. Hewan bermanfaat bagi manusia karena dapat bernilai ekonomis, dapat dimanfaatkan tenaganya (seperti: kuda, sapi dan kerbau), dan dapat dipakai sebagai sarana penambah kebutuhan untuk konsumsi manusia (seperti: ayam dapat diambil telur dan dagingnya) Bila hewan disekitar kita, tidak kita sayangi maka dapat merugikan jiwa manusia itu sendiri, secara langsung ataupun tidak langsung hewan tersebut dapat menyerang atau membunuh kita. Karena kita hidup di dunia tidak hanya berdampingan dengan manusia saja tetapi dengan hewan juga Hubungan manusia dengan tumbuhan. Manusia hidup berdampingan dengan tumbuhan. Dalam kehidupan tumbuhan berfungsi sebagai sumber pangan yang utama karena dialah satu-satunya makhluk yang dapat berfotosintesis, sebagai sumber oksigen yang kita perlukan untuk bernafas, sebagai pelindung dari teriknya panas matahari karena ia dapat membantu mengurangi pantulan sinar matahari dan sebagai sumber keindahan. Bayangkan bila dunia ini tanpa tumbuhan, tentu akan menjadi dunia yang panas dan gersang. Mengingat begitu pentingnya fungsi tumbuhan dalam kehidupan kita, sudah sewajarnya kita membina hubungan yang baik dengan tumbuhan dengan cara memelihara dan melestarikannya. Jangan membakar hutan karena hutan adalah paru-paru dunia. Hutan yang gundul dapat memicu terjadinya bencana banjir dan longsor yang dapat membahayakan manusia sendiri Manusia juga hidup berdampingan dengan lingkungan sekitar seperti tanah, air dan udara. Semuanya harus kita sayangi karena bila tidak dapat menjadi sumber malapetaka bagi kita, misalnya : Jangan mencemari air dengan membuang sampah dan limbah ke sumber air karena dapat mengakibatkan banjir atau menjadi sumber penyakit.

Bentuk hubunganku dengan alam adalah hubungan yang saling membutuhkan. Sebagai contoh di halaman rumah belakang, keluarga kami memelihara ayam, burung dara dan ikan nila. Hewan ini sudah lama kami pelihara dengan cara menyediakan sangkar untuk ayam dan burung serta kolam untuk ikan. Kami menyayanginya dengan memberikan dia makan dan perlindungan berupa sangkar yang aman. Hewan ini pun mendatangkan manfaat yang besar bagi kami, selain manfaat ekonomis juga dapat menghilangkan stress ataupun kejenuhan. Jadi intinya adalah kita harus hidup berdampingan dan bersifat simbiosis mutualisme. Sayangilah alam sekitar seperti kita menyayangi diri kita sendiri ataupun pasangan hidup kita. Syukurilah limpahan anugerah yang telah tuhan berikan melalui lingkungan sekitar kita dan jangan lupa berdo'a agar kita dapat menjadi ahli surga. Mari perbaiki diri dengan lebih mencintai lingkungan disekitar kita dengan cara sederhana dan dimulai dari diri kita sendiri !!


Sebelum manusia hadir, alam semesta telah ada. Alam telah terbentuk, jauh sebelum ada manusia; dan manusia dengan “sok tahunya,” menyatakan bahwa TUHAN Allah lah yang menciptakan alam semesta dengan sungguh amat baik; dan itu disediakan untuk manusia; alam semesta disediakan sebagai pesemaian manusia. dan menurut yang empunya kisah, manusia di tempakan di  Taman Eden. Di tempat itu, manusia belajar dan berhasil membangun hubungan yang harmonis dengan sesamanya, lingkungan, flora, fauna.

Jadi, ada hubungan timbal balik antara manusia dan alam. Tercipta hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara manusia-alam. Ketika manusia berdosa, keharmonisan hubungan tersebut menjadi rusak, termasuk lingkungan hidup. Pemberdayaan alam, tidak terbatas pada memenuhi kebutuhan manusia, melainkan untuk mencapai semua keinginannya. Jika setiap hari [masa, saat, era], pada diri manusia terus menerus muncul berbagai keinginan baru, maka ia pun berupaya untuk mendapatkannya. Dan cara terbaik untuk itu adalah mengambil dari alam, akan tetapi, setelah itu bukan berarti membiarkan alam dalam keadaan rusak dan porak poranda. Pada umumnya, tiga kategori hubungan manusia-alam atau alam-manusia, yaitu alam harus ditakuti; alam harus ditaklukan; dan menjaga keselarasan alam.

Alam harus ditakuti. Relasi manusia-alam seperti ini, muncul karena  kesadaran bahwa dirinya [manusia bersangkutan] hanya merupakan bagian terkecil dari alam semesta; lemah dan tak berdaya; sedangkan alam mempunyai kekuatan dan kuasa yang maha dasyat. Sehingga tidak ada seorang pun mampu menguasai dan menakklukan kekuatan alam tersebut. Bahkan, pada komunitas masyarakat tertentu, memahami bahwa ada bagian-bagian pada alam merupakan pribadi yang harus dihormati; ataupun ada pribadi tertentu yang menguasai alam; ia bisa mencurahkan murkanya jika manusia merusak wilayah kekuasaannya. Pada konteks komunitas masyarakat alam harus ditakuti, biasanya membangun serta menghasilkan unsur-unsur budaya yang berakar dari relasi tersebut, Misalnya, agama-agama suku asli; salah satu ciri khas masyarakat penganut agama suku adalah berhubungan dengan alam. Mereka memahami bahwa alam [gunung, pohon, hutan, sungai, dan lain-lain] mempunyai penunggu atau penguasa; ia adalah pribadi yang mempunyai kekuatan, bisa marah, memberi berkah,  dan lain-lain. Oleh sebab itu, manusia harus sesering mungkin memberi sedekah kepada parapenunggu atau penguasa tersebut; manusia tidak boleh atau dilarang memasuki dan merusak area kekuasaan sang penunggu dan penguasa itu, karena merupakan wilyah suci serta keramat; jika wilayah suci serta keramat tersebut rusak maka manusia akan mengalami berbagai bencana karena amarah sang penunggu atau penguasa alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BTemplates.com

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Universitas Gunadarma

Universitas Gunadarma
UG